Jumat, 11 Oktober 2013

Pengertian Preservasi


Mata Kuliah     :Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka
Dosen              :Susanti Agustina, S.Sos,. M.I.Kom.
Nama               :Supardiyono
NIM                :41033732101003
Semester         :VI ( enam )

  1. Pengertian Preservas
 Preservasi adalah aktivitas-aktivitas yang mencakup pemberian suatu lingkungan yang stabil bagi semua jenis media arsip, menggunakan metode-metode penanganan dan penyimpanan yang aman, menduplikasi bahan-bahan yang tidak stabil (misalnya nitrate film, thermofax) ke suatu media yang stabil, mengkopi bahan-bahan yang potensial mengalami kerentanan ke suatu format yang stabil (misalnya dimikrofilmkan atau didigitalisasi), menyimpan arsip-arsip dalam tempat-tempat penyimpanan yang terbuat dari bahan yang stabil (misalnya, boks dokumen yang terbuat dari kertas karton "bebas asam"), memperbaiki dokumen-dokumen untuk melestarikan format asli mereka, membuat program kontrol terhadap hama perusak dan menyiapkan rencana pemulihan bencana yang memasukkan rencana-rencana untuk kesiapan dan respon terhadap terjadinya bencana.

 b.  Preservasi di Perpustakaan
 Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan. Bahan pustaka bisa berupa terbitan buku, berkala (surat kabar dan majalah), dan bahan audiovisual seperti audio kaset, video, slide dan sebagainya. Pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut pelestarian dalam bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi yang terkandung di dalamnya. Pelestarian ialah mengusahakan agar bahan pustaka yang kita kerjakan tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan.
Tujuan pelestarian bahan pustaka dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. menyelamatkan nilai informasi dokumen
  2. menyelamatkan fisik dokumen
  3. mengatasi kendala kekurangan ruang
  4. mempercepat perolehan informasi
 Pelestarian bahan pustaka memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
  1. melindungi
  2. pengawetan
  3. kesehatan
  4. pendidikan
  5. kesabaran
  6. sosial
  7. ekonomi
  8. keindahan


Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka adalah:
  1. manajemen
  2. tenaga yang merawat bahan pustaka
  3. laboratorium
  4. dana
 PENCEGAHAN KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA
Usaha Preventif kerusakan Bahan Pustaka
Setiap pustakawan harus dapat mencegah terjadinya kerusakan bahan pustaka. Kerusakan itu dapat dicegah jika kita mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.
Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka bermacam-macam bisa oleh manusia, oleh tikus, oleh serangga, dan lain-lain. Penggunaan sistem pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan racun ke dalam lubang rayap, memberikan lapisan plastik pada lantai dan menempatkan kapur barus di rak merupakan cara untuk dapat mencegah kerusakan bahan pustaka. Tentu saja pencegahan yang berhasil akan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi perpustakaan.
Pencegahan kerusakan bahan pustaka karena banjir dapat dilakukan dengan cara membersihkan lumpur dan pengeringan bahan pustaka. Hendaknya bahaya banjir bisa diantisipasi. Kerusakan oleh api dapat dicegah dengan menghindari kebakaran di antaranya dengan memeriksa kondisi kabel listrik secara rutin, penyediaan alat pemadam kebakaran.

 Macam kerusakan bahan pustaka
 1. Faktor Hewan
Beberapa jenis serangga yang dapat merusak bahan pustaka, seperti kecoa, rayap, kutu buku, silver feast, dan lain-lain. Tikus merupakan binatang pengerat yang suka merusak buku, terutama buku-buku yang tertumpuk, apalagi di tempat gelap. Kerusakan akibat serangga antara lain buku menjadi berlubang, terdapat bercak-bercak, halaman buku robek, dan lain-lain.
Cara pencegahan agar bahan pustaka tidak mengalami kerusakan antara lain:
  1. Diupayakan ruangan tetap selalu bersih
  2. Susunan buku  dalam rak-rak ditata secara rapi, sehingga ada sirkulasi udara udara.
  3. Rak harus dibuat dari bahan yang tidak  disukai oleh serangga    ( kayu jati/logam)
  4. Pada rak diberikan bahan yang berbau, dan tidak disukai oleh serangga, seperti kamper, naftalen, dll.
  5. Penyuntikan dengan bahan anti serangga (DTT)
2.Faktor Alam
  1. Debu
Kerusakan karena debu diakibatkan karena kurang terjaganya kebersihan di lingkungan perpustakaan utamanya ruangan penyimpanan bahan pustaka. Debu mengakibatkan bahan pustaka menjadi kotor dan warna buku menjadi pudar ( menguning ). Selain itu bahan pustaka yang terkena debu dapat mengakibatkan gangguan pernafasan bagi pustakawan ataupun pengguna.
Pencegahan agar bahan pustaka tidak kotor terkena debu tentu saja dengan menjaga kebersihan ruangan tempat penyimpanan bahan pustaka dengan membersihkannya secara rutin.
  1. Suhu Udara dan kelembapan
Suhu dan kelembaban udara ini sangat erat hubungannya, karena jika kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan tumbuhnya jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena naik turunnya suhu udara. Cara perawatannya dengan menjaga kelembapan dan suhu ruangan agar tetap stabil.
  1. Jamur
Kerusakan akibat jamur dapat terjadi karena kelembaban ruangan yang terlalu tinggi ataupun karena basah terkena air yang tidak segera ditangani. Akibatnya buku menjadi lepek dan ditumbuhi oleh jamur.
Cara pencegahan agar bahan pustaka tidak ditumbuhi jamur antara lain:
  • memeriksa buku secara berkala
  • membersihkan tempat penyimpanan
  • menurunkan suhu udara
  • susunan tidak terlalu rapat, supaya ada sirkulasi udara
  • melakukan fumigasi
 3.Faktor Lain
  1. Manusia
Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia yaitu pemanfaatan dan perlakuan terhadap bahan pustaka yang kurang tepat. Manusia, meliputi pustakawan sebagai orang yang memberikan layanan, dan pengguna yang terdiri dari mahasiswa, dosen, karyawan dan pihak luar.
- Pengguna perpustakaan kadang melipat halaman bagian yang dianggap penting, dan menutup buku dengan punggung buku menghadap di atas akan menyebabkan cepat rusaknya buku tersebut.
 - Penjilidan yang kurang baik juga seringkali mengakibatkan bahan pustaka menjadi rusak, halaman buku sering lepas dan hilang.
  - Pemakai yang tidak bertanggung jawab sering kali menyobek halaman buku yang yang menarik ataupun yang dibutuhkan. Hal ini terjadi karena kurang sadarnya pemakai dan petugas perpustakaan.
 - pemakai yang tidak bertanggung jawab seringkali mencorat-coret halaman buku ataupun sarana informasi lainnya. Pemakai seringkali menggarisbawahi tulisan yang dianggapnya penting. Kegiatan ini mengakibatkan keindahan buku berkurang, dan keaslian buku berkurang.
- Kebakaran dapat terjadi karena kelalaian manusia. Biasanya terjadi karena penataan kabel yang kurang baik, ataupun ada lecet pada kabel serta pemakaian listrik yang berlebihan.
Untuk menghindari kerusakan bahan pustaka akibat ulah manusia, yang perlu dilakukan antara lain :
  1. menumbuhkan kesadaran terhadap pemakai bahan pustaka, tentang pentingnya
  2. peduli terhadap keutuhan bahan pustaka
  3. memberikan sanksi kepada perusak bahan pustaka.
  4. memasang rambu-rambu.
  5. dilarang merokok di dalam ruangan
  6. memeriksa kabel listrik secara berkala
  7. memasang alarm ( smoke detector)
  8. menempatkan bahan-bahan yang mudah terbakar ditempat tersendiri.

 2.Bencana Alam
Bencana alam adalah salah satu faktor yang dapat mengakibatkan kerusakan baik pada gedung perpustakaan maupun koleksi bahan pustaka. Kerusakan akibat bencana alam cenderung sulit untuk diprediksi kapan terjadinya ataupun seberapa parah pengaruhnya terhadap bahan pustaka. Kerusakan akibat bencana alam juga sulit untuk diperbaiki. Bencana alam yang terjadi antara lain:
  • Banjir
Dampak utama yang diakibatkan oleh banjir adlah bahan pustaka tersebut menjadi basah. Apabila tidak ditangani secara khusus bahan pustaka tersebut dapt ditumbuhi jamur dan lepek. Untuk menghindari kerusakan akibat banjir maka perlu dilakukan pengecekan secara berkala pada pipa air, saluran air serta jangan membangun saluran air diatas ruangan yang menympan bahan pustaka, gedung perpustakaan sebaiknya dibangun pada tanah yang tinggi.
  • Gempa bumi    
Kerusakan yang diakibatkan bencan gempa bumi biasanya tidak bisa diprediksi. Gempa bumi bisa menghancurkan bangunan perpustakaan, akibatnya bahan pustaka tertimbun dan rusak. Karena sulit diprediksi maka usaha untuk melindungi bahan pustaka salah satunya membangun konstruksi bangunan yang tahan gempa.

 3.Perabot dan peralatan
Perabot yang berhubungan langsung dengan buku/bahan pustaka adalah rak. Jumlah rak jika kurang sesuai dengan kebutuhan akan mengakibatkan buku bertumpuk pada rak tersebut atau bahkan tidak dapat tertampung dalam rak. Ukuran rak yang tidak sesuai dengan ukuran buku, dan penempatan yang terlalu rapat, dapat menyebabkan bahan cepat rusak. Untuk menghindari kerusakan maka rak sebaiknya dibuat cukup tinggi ( lebih tinggi dari buku ), jangan memenuhi rak dengan buku sebaiknya hanya diisi sekitar 60% saja

 4.Cahaya
Sumber cahaya yang digunakan untuk penerangan ruang perpustakaan ada dua, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Kita tahu bahwa cahaya matahari maupun cahaya lampu listrik mengandung sinar ultra violet. Ultra violet inilah yang dapat menyebabkan rusaknya kertas/buku. Perhatikanlah kertas yang langsung kena sinar matahari, warnanya akan cepat berubah dan semakin suram. Cara pencegahannya anatara lain dengan cara menghindarkan koleksi bahan pustaka dari cahaya langsung yang berlebihan. 

Arti dari preservasi



Universitas Islam Nusantara
Fakultas Ilmu Komunikasi
Jurusan Ilmu Perpustakaan



Mata Kuliah     :Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka
Dosen              :Susanti Agustina, S.Sos,. M.I.Kom.
Nama               :Supardiyono
NIM                 :41033732101003
Semester         :VI ( enam )




1.      Arti dari preservasi, konservasi dan restorasi

Kata konservasi dan preservasi yang biasa diterjemahkan dengan kata pelestarian berasal dari bahasa Inggris yaitu “conservation” dan “preservation”. Menurut Echols dan Shadly (2000 : 140, 445) kedua kata ini mempunyai pengertian yang hampir sama.
Konservasi berarti perlindungan, pengawetan. Sedangkan preservasi berarti pemeliharaan, penjagaan dan pengawetan.

Sedangkan menurut buku “Dasar-dasar Pelestarian Bahan Pustaka, yang diterbitkan oleh perpustakaan Nasional RI (1995 : 1-2) usaha–usaha untuk menyelamatkan bahan pustaka dari kehancuran meliputi :
a.      Konservasi (Pengawetan) : merupakan kebijaksanaan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran, termasuk metode dan teknik yang diterapkan oleh petugas teknis.
b.      Preservasi (Pelestarian) : mencakup unsur-unsur pengelolaan keuangan, termasuk cara menyimpan dan alat-alat bantunya, taraf kerja yang diperlukan, kebijaksanaan, teknik dan metode yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan pustaka dan arsip serta informasi yang dikandungnya.

Menurut International Federation of Library Association (IFLA)
Preservasi adalah suatu kegiatan mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka, keuangan, ketenangan, metode dan teknik, serta penyimpanannya.
Konservasi atau pengawetan dibatasi pada kebijaksanaan dan cara khusus dalam melindungi bahan pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksitersebut.
Restorasi atau perbaikan menunjuk pada pertimbangan dan cara yang digunakan untuk memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang rusak.


2.      Dana yang disiapkan pemerintah untuk program preservasi
Dana yang disiapkan pemerintah untuk program preservasi tentulah ada, tapi besaran yang secara pastinya (mungkin) tidak diberitahukan kepada publik. Jadi hanya untuk diketahui oleh pihak intern dari pihak yang bersangkutan.

3.      Strategi Pelestarian Bahan Pustaka
Dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka tentunya dibutuhkan beberapa langkah, antara lain :
a.      Pencegahan Kerusakan
Secara umum usaha-usaha yang dapat ditempuh dalam pencegahan kerusakan pada bahan pustaka, yaitu :
1)      Memberi anti rayap
2)      Kebersihan lingkungan
3)      Teknik penyimpanan yang baik
4)      Mencegah vadalisme (mencuri, merobek dan mencoret-coret)
5)      Pengendalian terhadap udara, cahaya, temperatur dan kelembapan udara
6)      Penyuluhan untuk perbaikan mutu kertas dan penjilidan yang harus memenuhi syarat
b.      Perawatan Bahan Pustaka
Pada umumnya hampir semua bahan pustaka yang ada terbuat dari kertas yang mana pasti akan mengalami kerusakan. Kerusakan-kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik karena factor alam maupun factor hayati. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam hal perawatan bahan pustaka, antara lain :
1)      Pembersihan terhadap noda
2)      Laminasi
3)      Enkapsulasi

c.       Perbaikan Bahan Pustaka
Beberapa kegiatan perbaikan bahan pustaka yang dapat dilakukan, antara lain :
1)      Memberikan lem atau perekat pada behan pustaka yang telah rusak baik rusak kecil ataupun besar
2)      Menjilid kembali bahan pustaka yang terlepas dari jilidnya
3)      Menyampul kembali bahan pustaka yang sampulnya sudah using atau robek
4)      Melakukan fotocopy terhadap bahan pustaka yang rusak ataupun lembaran pustaka yang hilang.

Kamis, 10 Oktober 2013

Bahan Yang Dikenal Sebagai Medium Perekam Hasil Budaya Manusia / Paper Medium


Bahan Yang Dikenal Sebagai Medium Perekam
Hasil Budaya Manusia

                                               Nama : Supardiyono
                                               Nim : 41033734101003
                                               Dosen : Susanti Agustina, S.Sos, M.I.Kom
                                               Mata Kuliah : Preservasi Bahan Pustaka
                                               Jurusan : Perpustakaan
                                                Fakultas : Ilmu Komunikasi
                                                Universitas : Universitas Islam Nusantara Bandung

1.    Tanah Liat (Clay)
Tanah liat merupakan salah satu medium sangat sederhana dan relative paling tua yang digunakan dalam perekam informasi sejak lama. Dari karakteristik tanah liat itu sendiri yang agak lembek dan basah yang memungkinkan dapat dibentuk dan ditulis berebagai informasi dengan mudah sebelum pada akhirnya tanah liat tersebut mengeras setelah dibakar atau dipanaskan dengan terik matahari. Setelah kering dan keras, tanah liat bisa tahan lama sampai ribuan tahun, karena unsur-unsur mineral yang terkandung didalamnya. Temperatur, tempaan api ataupun air tidak banyak mempengaruhi apa yang telah terbentuk. Oleh sebab itu dari zaman dulu tanah liat telah dijadikan suatu media untuk merekam informasi yang ada. Tepatnya dari zaman Assyiria tanah liat telah dijadikan sebagai media tulis. 


http://en.wikipedia.org/wiki/File:Library_of_Ashurbanipal_The_Flood_Tablet.jpg

2.    Papyrus
Bahan untuk menulis ini terbuat dari inti batang papyrus (bandingkan dengan batang jagung yang memiliki inti di dalamnya). Untuk membuat kertas papyrus ini bangsa Mesir memotong batang papyrus sepanjang 40 cm. kemudian dibuka dan diambil intinnya. Inti ini disayat tipis-tipis, kemudian diajajarkan satu dengan yang lain sedikit tumpang tindih untuk membentuk lembaran. Lalu dilumuri lem dan dihimpit sampai lemnya kering. Kemudian digosok dengan gading atau tulang. Ada beberapa tingkat kualitas papyrus, tergantung dari bagian batangnya yang dipakai, serta keahlian pembuatnya. Papyrus ditulis dengan tinta karbon dan tinta iron oxide merah. Papyrus adaah hasil karya laminasi dengan lem, jadi bukan kertas, karena itu sifatnya juga lain. Kita bisa melihat papyrus ini di British Library, London.



3.    Kulit Kayu
Kulit kayu sudah sangat lama digunakan menjadi media menulis. Di eropa dan Amerika sekitar abad ke-17an kulit kayu telah dipergunakan sebagai media surat-menyurat.


4.    Daun Tal
Adalah sejenis pohon palem yang tumbuh di tepi laut. Daunnya tebal dan kuat, sehingga memungkinkan untuk dipergunakan sebagai media menulis. Daun ini juga disebut dengan daun lontar. Banyak naskah-naskah kuno yang ditulis di media daun lontar ini. Rata-rata daun ini dipotong sepanjang 45 cm, diraut bagian tepinya lalu ketika masih basah daun ini ditulis dengan menggunakan jarum.
Tulisan bekas jarum tadi diisi dengan jelaga yang telah dicampurkan dengan minyak kelapa, kemudian dibersihkan sehingga tulisan tadi dapat terbaca dengan baik. Bagian pinggir diberi lubang tempat benang atau tali menggabungkan tal yang satu dengan yang lainnya, sehingga tersusun rapi seperti buku. Tulisan atau peninggalan lontar ini banyak terdapat di Bali.

 
5.    Kayu
Di negeri Cina Sebelum ditemukannya kertas, setelah sutera kayu telah terlebih dahulu digunakan menurut Chaucer, buku yang terbuat dari tablet kayu sebagai media tulis menulis. masih dipakai di Inggris hingga abad ke-14. Batang, cabang dan akar kayu digunakan sebagai alat tulis ini. Kayu bukan bahan yang permanen, tetapi bisa tahan lama. Ulat kayu atau rayap sering menyerang kayu ini, terutama jika tempatnya lembab. Agar lebih awet dan tak diserang rayap, maka perlu diawetkan dengan bahan kimia.

6.    Gading
Gading juga digunakan manusia sebagai tempat untuk menulis yang baik. Sifatnya keras, tetapi mudah diukir atau ditulisi. Sayangnya tinta atau cat tidak bisa menempel dengan baik pada gading, sehingga tulisan mudah rusak atau terhapus. Gading ini adalah taring gajah. Bahan ini hampir tak bisa rusak.

7.    Tulang
Tulang lebih keras daripada gading, tetapi baik sekali dipakai sebagai karya seni, ukiran atau tulisan yang menarik. Zat perekat yang terdapat pada tulang bisa digunakan untuk membuat lem. Sayang lem dari tulang ini tidak baik untuk mengelem buku, sebab mengundang binatang kecil. Tulang terdiri atas collagen dan garam-garam inorganic seperti calcium dan magnesium. Tulang bisa diukir, ditulisi atau dicat. Bahan dari tulang ini sangat awet, tidak mudah terpengaruh oleh kelembaban, kekeringan atau air.

8.    Batu
Dari zaman dahulu kala batu sudah dijadikan sebagai media peninggalan peradaban manusia itu sendiri. Batu sangat kuat dan akan menyimpan bukti peninggalan zaman dulu dengan baik.


9.    Logam
Menurut Hesiod pada tahun 776 SM, bahwa orang dahulu telah menggunakan timah berbentuk tablet sebagai media untuk menulis. Timah adalah sejenis logam yang paling lunak dibandingkan dengan logam-logam yang lainnya.
10. Kulit Binatang
Sejak masa prasejarah, manusia telah menggunakan kulit sebagai keperluan mereka, sebagai pelindung tubuh mereka. Tak jarang dahulu kulit binatang dijadikan media menulis.

11. Parchment dan Vellum
Perkamen sebagai bahan penulisan antedates kertas dengan kemungkinan 1500 tahun, meskipun nama ini berasal dari Pergamum, sebuah kota kuno di Asia Kecil di mana penemuannya biasanya dikreditkan ke Raja Eumenes II, pada abad kedua SM.
Perkamen terbuat dari kulit split domba. Biji-bijian, atau wol, sisi kulit dibuat menjadi skiver, kulit yang kuat, daging, atau lapisan, sisi kulit diubah menjadi perkamen, asalkan kulit cocok untuk tujuan ini menuntut. Jika tidak, sisi lapisan biasanya dibuat menjadi lebih murah chamois atau suede.

Vellum biasanya kulit anak sapi disiapkan oleh paparan panjang di kapur, tergores dengan pisau bulat dan akhirnya digosok halus dengan batu apung. Sebagai aturan, vellum terbuat dari seluruh kulit, tidak terpecah seperti perkamen yang terbuat dari kulit domba. Vellum juga terbuat dari kambing, domba, dan kulit rusa, dan biasanya dapat dibedakan dari perkamen oleh tanda biji-bijian dan rambut menghasilkan permukaan yang agak tidak teratur.

Dalam banyak buku naskah Eropa dieksekusi oleh biarawan pada perkamen dan vellum perbedaan antara sisi rambut dan sisi daging halaman ini terlihat, yang terakhir menjadi agak lebih putih dalam penampilan. Perbedaannya adalah lebih jelas dalam buku-buku sebelumnya karena parchmenters kemudian digunakan lebih kapur dan batu apung pada sisi rambut daripada yang kebiasaan sebelumnya. Dalam rangka untuk membuat perbedaan yang kurang jelas bagi pembaca, penulis akan mengatur lembar, sebelum menulis, sehingga satu penyebaran terdiri dari sisi rambut, dan penyebaran selanjutnya dari sisi daging, bolak seluruh naskah.

Penggunaan perkamen untuk pencetakan buku di Eropa terus berlanjut bahkan setelah munculnya pencetakan dari kayu-blok dan tipe bergerak, namun tidak bertahan sampai sejauh melampaui tahun 1500, meskipun untuk tujuan kaligrafi dan untuk pencetakan dokumen dan ijazah, ini bahan yang tahan lama adalah permintaan sampai hari ini. Itu kertas, bagaimanapun, bahwa memberi dorongan mencetak sebenarnya, untuk memiliki perkamen yang mahal menjadi bahan hanya tersedia kerajinan pencetakan tidak pernah bisa berkembang.

12. Kulit
Digunakan untuk sampul buku sampai abad ke – 19. Selama lebih dari 2000 tahun orang sudah mengenal cara memproses kulit. Pemrosesan kulit ini disebut “samak”. 

Postingan Lebih Baru Beranda