Kamis, 10 Oktober 2013

Bahan Yang Dikenal Sebagai Medium Perekam Hasil Budaya Manusia / Paper Medium


Bahan Yang Dikenal Sebagai Medium Perekam
Hasil Budaya Manusia

                                               Nama : Supardiyono
                                               Nim : 41033734101003
                                               Dosen : Susanti Agustina, S.Sos, M.I.Kom
                                               Mata Kuliah : Preservasi Bahan Pustaka
                                               Jurusan : Perpustakaan
                                                Fakultas : Ilmu Komunikasi
                                                Universitas : Universitas Islam Nusantara Bandung

1.    Tanah Liat (Clay)
Tanah liat merupakan salah satu medium sangat sederhana dan relative paling tua yang digunakan dalam perekam informasi sejak lama. Dari karakteristik tanah liat itu sendiri yang agak lembek dan basah yang memungkinkan dapat dibentuk dan ditulis berebagai informasi dengan mudah sebelum pada akhirnya tanah liat tersebut mengeras setelah dibakar atau dipanaskan dengan terik matahari. Setelah kering dan keras, tanah liat bisa tahan lama sampai ribuan tahun, karena unsur-unsur mineral yang terkandung didalamnya. Temperatur, tempaan api ataupun air tidak banyak mempengaruhi apa yang telah terbentuk. Oleh sebab itu dari zaman dulu tanah liat telah dijadikan suatu media untuk merekam informasi yang ada. Tepatnya dari zaman Assyiria tanah liat telah dijadikan sebagai media tulis. 


http://en.wikipedia.org/wiki/File:Library_of_Ashurbanipal_The_Flood_Tablet.jpg

2.    Papyrus
Bahan untuk menulis ini terbuat dari inti batang papyrus (bandingkan dengan batang jagung yang memiliki inti di dalamnya). Untuk membuat kertas papyrus ini bangsa Mesir memotong batang papyrus sepanjang 40 cm. kemudian dibuka dan diambil intinnya. Inti ini disayat tipis-tipis, kemudian diajajarkan satu dengan yang lain sedikit tumpang tindih untuk membentuk lembaran. Lalu dilumuri lem dan dihimpit sampai lemnya kering. Kemudian digosok dengan gading atau tulang. Ada beberapa tingkat kualitas papyrus, tergantung dari bagian batangnya yang dipakai, serta keahlian pembuatnya. Papyrus ditulis dengan tinta karbon dan tinta iron oxide merah. Papyrus adaah hasil karya laminasi dengan lem, jadi bukan kertas, karena itu sifatnya juga lain. Kita bisa melihat papyrus ini di British Library, London.



3.    Kulit Kayu
Kulit kayu sudah sangat lama digunakan menjadi media menulis. Di eropa dan Amerika sekitar abad ke-17an kulit kayu telah dipergunakan sebagai media surat-menyurat.


4.    Daun Tal
Adalah sejenis pohon palem yang tumbuh di tepi laut. Daunnya tebal dan kuat, sehingga memungkinkan untuk dipergunakan sebagai media menulis. Daun ini juga disebut dengan daun lontar. Banyak naskah-naskah kuno yang ditulis di media daun lontar ini. Rata-rata daun ini dipotong sepanjang 45 cm, diraut bagian tepinya lalu ketika masih basah daun ini ditulis dengan menggunakan jarum.
Tulisan bekas jarum tadi diisi dengan jelaga yang telah dicampurkan dengan minyak kelapa, kemudian dibersihkan sehingga tulisan tadi dapat terbaca dengan baik. Bagian pinggir diberi lubang tempat benang atau tali menggabungkan tal yang satu dengan yang lainnya, sehingga tersusun rapi seperti buku. Tulisan atau peninggalan lontar ini banyak terdapat di Bali.

 
5.    Kayu
Di negeri Cina Sebelum ditemukannya kertas, setelah sutera kayu telah terlebih dahulu digunakan menurut Chaucer, buku yang terbuat dari tablet kayu sebagai media tulis menulis. masih dipakai di Inggris hingga abad ke-14. Batang, cabang dan akar kayu digunakan sebagai alat tulis ini. Kayu bukan bahan yang permanen, tetapi bisa tahan lama. Ulat kayu atau rayap sering menyerang kayu ini, terutama jika tempatnya lembab. Agar lebih awet dan tak diserang rayap, maka perlu diawetkan dengan bahan kimia.

6.    Gading
Gading juga digunakan manusia sebagai tempat untuk menulis yang baik. Sifatnya keras, tetapi mudah diukir atau ditulisi. Sayangnya tinta atau cat tidak bisa menempel dengan baik pada gading, sehingga tulisan mudah rusak atau terhapus. Gading ini adalah taring gajah. Bahan ini hampir tak bisa rusak.

7.    Tulang
Tulang lebih keras daripada gading, tetapi baik sekali dipakai sebagai karya seni, ukiran atau tulisan yang menarik. Zat perekat yang terdapat pada tulang bisa digunakan untuk membuat lem. Sayang lem dari tulang ini tidak baik untuk mengelem buku, sebab mengundang binatang kecil. Tulang terdiri atas collagen dan garam-garam inorganic seperti calcium dan magnesium. Tulang bisa diukir, ditulisi atau dicat. Bahan dari tulang ini sangat awet, tidak mudah terpengaruh oleh kelembaban, kekeringan atau air.

8.    Batu
Dari zaman dahulu kala batu sudah dijadikan sebagai media peninggalan peradaban manusia itu sendiri. Batu sangat kuat dan akan menyimpan bukti peninggalan zaman dulu dengan baik.


9.    Logam
Menurut Hesiod pada tahun 776 SM, bahwa orang dahulu telah menggunakan timah berbentuk tablet sebagai media untuk menulis. Timah adalah sejenis logam yang paling lunak dibandingkan dengan logam-logam yang lainnya.
10. Kulit Binatang
Sejak masa prasejarah, manusia telah menggunakan kulit sebagai keperluan mereka, sebagai pelindung tubuh mereka. Tak jarang dahulu kulit binatang dijadikan media menulis.

11. Parchment dan Vellum
Perkamen sebagai bahan penulisan antedates kertas dengan kemungkinan 1500 tahun, meskipun nama ini berasal dari Pergamum, sebuah kota kuno di Asia Kecil di mana penemuannya biasanya dikreditkan ke Raja Eumenes II, pada abad kedua SM.
Perkamen terbuat dari kulit split domba. Biji-bijian, atau wol, sisi kulit dibuat menjadi skiver, kulit yang kuat, daging, atau lapisan, sisi kulit diubah menjadi perkamen, asalkan kulit cocok untuk tujuan ini menuntut. Jika tidak, sisi lapisan biasanya dibuat menjadi lebih murah chamois atau suede.

Vellum biasanya kulit anak sapi disiapkan oleh paparan panjang di kapur, tergores dengan pisau bulat dan akhirnya digosok halus dengan batu apung. Sebagai aturan, vellum terbuat dari seluruh kulit, tidak terpecah seperti perkamen yang terbuat dari kulit domba. Vellum juga terbuat dari kambing, domba, dan kulit rusa, dan biasanya dapat dibedakan dari perkamen oleh tanda biji-bijian dan rambut menghasilkan permukaan yang agak tidak teratur.

Dalam banyak buku naskah Eropa dieksekusi oleh biarawan pada perkamen dan vellum perbedaan antara sisi rambut dan sisi daging halaman ini terlihat, yang terakhir menjadi agak lebih putih dalam penampilan. Perbedaannya adalah lebih jelas dalam buku-buku sebelumnya karena parchmenters kemudian digunakan lebih kapur dan batu apung pada sisi rambut daripada yang kebiasaan sebelumnya. Dalam rangka untuk membuat perbedaan yang kurang jelas bagi pembaca, penulis akan mengatur lembar, sebelum menulis, sehingga satu penyebaran terdiri dari sisi rambut, dan penyebaran selanjutnya dari sisi daging, bolak seluruh naskah.

Penggunaan perkamen untuk pencetakan buku di Eropa terus berlanjut bahkan setelah munculnya pencetakan dari kayu-blok dan tipe bergerak, namun tidak bertahan sampai sejauh melampaui tahun 1500, meskipun untuk tujuan kaligrafi dan untuk pencetakan dokumen dan ijazah, ini bahan yang tahan lama adalah permintaan sampai hari ini. Itu kertas, bagaimanapun, bahwa memberi dorongan mencetak sebenarnya, untuk memiliki perkamen yang mahal menjadi bahan hanya tersedia kerajinan pencetakan tidak pernah bisa berkembang.

12. Kulit
Digunakan untuk sampul buku sampai abad ke – 19. Selama lebih dari 2000 tahun orang sudah mengenal cara memproses kulit. Pemrosesan kulit ini disebut “samak”. 

Posting Lebih Baru Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan kirim masukan kritik & saran yang membangun, Kami berharap dapat menjadi acuan berkembangnya blog ini menjadi lebih baik.